Selasa, 31 Maret 2015

PEDOMAN GURU MENGAJAR TUNANETRA

 

1.  PENDAHULUAN


Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok.  Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar tersebut berlangsung dengan efektif dan efisien.

Guru adalah orang yang memegang peranan sangat penting dalam keberhasilan pendidikan.  Untuk menyampaikan pelajaran sehingga memperoleh hasil yang maksimal, mereka harus menggunakan metoda yang efektif.  Metode yang dapat digunakan oleh guru diantaranya ceramah, demonstrasi, diskusi dan lain-lain.

Bagi siswa tunanetra yang memiliki hambatan dalam penglihatan baik yang sebahagian (low vision) maupun seluruhnya (totally blind), mereka membutuhkan alat pendidikan khusus.

Dahulu mereka diberikan sistem pendidikan yang terpisah dari teman-teman lainnya yang tidak memiliki kelainan.  Namun dengan pendidikan inklusi yang mengikut sertakan tunanetra dalam satu sistem pendidikan yang sama, maka mereka memperoleh pendidikan yang sama dengan teman lainnya, begitu pula dengan metode mengajar guru untuk tunanetra juga sama.

Pada prinsipnya ada 2 sistem pengajaran yaitu klasikal dan individual.  Berkaitan dengan pendidikan inklusi, kedua sistem pengajaran tersebut dapat digunakan bagi siswa yang memiliki kebutuhan khusus seperti tunanetra.


2.  STRATEGI PENGAJARAN

Strategi pengajaran adalah kegiatan yang dipilih guru dalam proses belajar mengajar yang dapat memberi kemudahan (fasilitas) kepada siswa menuju tercapainya tujuan.  Strategi pengajaran berhubungan dengan pemilihan kegiatan belajar mengajar yang paling efektif dan efisien dalam memberikan pengalaman belajar yang diperlukan untuk mencapai tujuan.  Pemilihan strategi pengajaran ini dipengaruhi oleh :
a.     penerimaan pengetahuan
b.    aplikasi pengetahuan
c.     tujuan yang bersifat perubahan sikap.

Pemilihan strategi pengajaran harus mempertimbangkan :
a.     masalah efisien yang berhubungan dengan penggunaan waktu serta fasilitas yang tersedia
b.    perbedaan individu siswa
c.     metode penyampaian yang dapat mengembangkan interaksi siswa atau guru dengan siswa.


2.1.      METODOLOGI PENDIDIKAN

Metodologi pendidikan adalah suatu bentuk studi ilmu pendidikan yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan dan hasil penyelidikan psikologi pendidikan.  Metodologi pendidikan mempunyai obyek tentang pola-pola pengelolaan atau strategi dalam kegiatan belajar mengajar.  Salah satu yang dipelajari dalam metodologi pendidikan mengenai metode mengajar.

Banyak metode yang dapat digunakan guru dalam proses penyampaian ilmu kepada siswanya.  Ivor K.Davies (Instructional Technique) menyatakan bahwa ada 5 strategi dasar mengajar antara lain : ceramah (lecture), demonstrasi, pelajaran (lesson), diskusi dan studi bebas (independent study). 

Dalam memilih metode pengajaran sangat dipengaruhi oleh kurikulum serta kemampuan, kemauan dan kesempatan guru dalam menggunakan metode tersebut serta karakteristik masing-masing metode.  Seperti kita ketahui, sesungguhnya bakat anak berbeda-beda.  Ada anak yang cepat dan ada anak yang lambat.  Menurut penelitian, bila semua anak dengan be`rmacam-macam bakat diberi pengajaran yang sama, maka hasilnya akan berbeda menurut bakat mereka.  Banyak penelitian yang menunjukkan ada korelasi yang cukup tinggi antara bakat dengan hasil belajar.  Akan tetapi jika diberi metode pengajaran yang lebih bermutu yang disesuaikan dengan kebutuhan setiap anak serta waktu belajar yang lebih banyak, maka dapat dicapai keberhasilan.

Setiap metode pengajaran memiliki karakteristik masing-masing, maka setiap metode mengajarpun memiliki kelebihan dan kelemahan.

2.1.1.  Metode ceramah
Metode ceramah adalah metode pembelajaran yang menggunakan penjelasan secara verbal.  Komunikasi biasanya bersifat satu arah, walaupun demikian biasanya dilengkapi dengan audio visual, tanya jawab, diskusi singkat dan sebagainya.

KELEBIHAN
KEKURANGAN
bersifat ekonomis dan efisien
sulit menampung perbedaan individu anak
guru dapat menyajikan pengetahuan dan pengalaman secara sistematis dan teratur
menuntut ketekunan siswa untuk mendengarkan, mencatat dan mengingat
dapat digunakan untuk kelas besar

menuntut pemusatan perhatian terus menerus
mengembangkan kemampuan siswa dalam mendengarkan secara tekun
membatasi partisipasi siswa aktif
tidak memerlukan peralatan khusus

tidak dapat digunakan untuk ketrampilan intelektual tingkat tinggi


2.1.2.        Metode diskusi
Metode diskusi dipandang sebagai salah satu metode pengajaran yang paling efektif untuk kelompok kecil.  Metode ini menunjukkan efektifitas untuk berpikir secara kritis, pemecahan masalah dan komunikasi antar pribadi.


KELEBIHAN
KEKURANGAN
siswa terlibat secara langsung dalam proses belajar mengajar
jika latar belakang pengetahuan dan tingkat kematangan tidak sama metode ini tidak berfungsi
Memungkinkan saling tukar menukar informasi dan pengalaman
tergantung kemampuan guru-siswa dalam menyiapkan diskusi
melatih ketrampilan intelektual

menuntut kesanggupan guru untuk mengontrol secara teliti ketrampilan siswanya
melatih komunikasi antar pribadi

memberikan umpan balik kepada guru


2.1.3.        Metode simulasi
Biasanya metode ini digabungkan dengan bermain peran karena dengan memainkan peranan siswa memperoleh suatu pengertian yang lebih baik tentang orang yang dimainkan, serta motif yang mempengaruhi tingkah lakunya dan biasanya permainan ini diarahkan kepada pengembang efektif

KELEBIHAN
KEKURANGAN
Berhubungan dengan situasi sesungguhnya maka siswa terangsang aktif berpartisipasi
Bahan-bahan komersial yang dipergunakan mahal
Siswa terlibat dalam kegiatan belajar dan eksperimen
memerlukan waktu yang banyak
semua siswa dari semua tingkat penampungan dapat mengambil manfaat dari kegiatan simulasi


Masih banyak metode yang lainnya dan setiap metode pengajaran memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.  Oleh sebab itu guru harus pandai memilih metode yang tepat sebab pemilihan metode mengajar yang tidak tepat akan menimbulkan kesulitan belajar karena kemungkinan :
metode mengajar yang dipilih menyebabkan siswa pasif, sehingga anak tidak ada aktifitas
metode mengajar tidak menarik kemungkinan karena materi yang terlalu tinggi atau tidak menguasi bahan
hanya menggunakan satu metode saja dan tidak divariasikan dengan metode lainnya

2.1.4.        Metode tugas belajar dan resitasi
Tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi jauh lebih luas dari itu.  Tugas bisa dilaksanakan di rumah, sekolah, perpustakaan dll.  Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individual maupun secara kelompok.  Oleh karena itu tugas dapat diberikan secara individual ataupun kelompok.

Tugas sangat banyak macamnya bergantung pada tujuan yang akan dicapai, misalnya saja tugas meneliti, menyusun laporan baik lisan maupun tulisan, tugas motorik dll.



3.      ANAK TUNANETRA

Semua manusia dilahirkan dalam kedudukan sama dan sederajat di hadapan Tuhan.  Adalah suatu hal yang wajar apabila setiap individu memiliki perbedaan dalam hal apapun seperti, perbedaan fisik, kecerdasan, tingkah laku dan sebagainya sehingga memerlukan suatu pelayanan secara khusus baik dalam pendidikan, kesehatan dan sebagainya.  Perbedaan yang ada dalam diri manusia merupakan karunia Allah yang harus kita syukuri. 

Anak yang memiliki kebutuhan khusus adalah mereka yang dalam melakukan segala aktivitasnya diberikan pelayanan pendidikan sesuai dengan kebutuhannya.  Secara umum anak yang memiliki kebutuhan dibagi dalam 2 golongan yaitu; anak yang memiliki hambatan secara temporer dan anak yang memiliki hambatan secara tetap.

Anak yang memiliki kebutuhan khusus secara temporer antara lain :
1.     Anak akibat korban perang/kerusuhan
2.    Anak akibat korban bencana alam
3.    Anak yang menderita penyakit HIV yang berasal dari orang tuanya
4.    Anak dengan kelainan fisik yang diperoleh karena kecelakaan

Sedangkan anak yang memiliki kebutuhan khusus secara tetap antara lain :
1.     Anak yang memiliki kelainan fisik seperti; kelainan penglihatan, pendengaran, anggota tubuh.
2.    Anak yang memiliki kelainan dalam kecerdasan
3.    Anak yang memiliki kelainan dalam emosi dan tingkah laku.

Tunanetra adalah satu dari beberapa jenis anak kebutuhan khusus yang mengalami hambatan dalam penglihatannya.  Anak tunanetra adalah anak yang memiliki kelainan penglihatan yang ditandai dengan kurangnya fungsi penglihatan atau bahkan sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk melihat.


Tunanetra secara umum dibagi dalam 2 golongan yaitu low vision (kurang awas) dan tunanetra total.

  
3.1.      Low vision

Seorang anak dikatakan low vision jika melalui test penglihatan memiliki ketajaman penglihatan 20/200 atau 6/60

3.2.      Tunanetra total

Berdasarkan test ketajaman penglihatan, anak yang memiliki ketajaman penglihatan 3/60 sampai 1/60 serta memiliki ketajaman penglihatan kurang dari 1/60 disebut tunanetra total.  Selain itu tunanetra total juga dikarakteristikkan sebagai anak yang memiliki luas pandang 10atau kurang pada kedua matanya atau yang masih memiliki persepsi cahaya, persepsi bentuk ataupun persepsi warna (Hall, 1979).

Sedangkan ahli pendidikan yang menekankan pada metode membaca dan penggunaan alat bantu khusus mengatakan bahwa anak tunanetra total adalah anak yang menggunakan braille sebagai alat komunikasinya.  Hallahan dan Kauffman (1991) mengatakan bahwa tunanetra total adalah seseorang yang membutuhkan braille serta menggunakan metode oral.  Sedangkan Heward (1996) menyebutkan bahwa anak yang tunanetra total adalah yang tidak lagi dapat melihat dan mereka belajar secara umum menggunakan indera yang lainnya.  Umumnya anak tunanetra total menggunakan indera perabaan untuk membaca braille.


4.  METODE PENGAJARAN BAGI TUNA NETRA

Ada berbagai macam siswa yang memiliki kebutuhan khusus, salah satu diantaranya adalah siswa yang memiliki hambatan dalam penglihatan yang umumnya disebut sebagai tunanetra.  Ada dua jenis tunanetra yaitu low vision yang masih memiliki sisa penglihatan sehingga membutuhkan tulisan dengan huruf yang besar sebagai alat bantu pendidikannya serta tunanetra total yang menggunakan huruf braille sebagai media belajar mereka.

Berdasarkan Keputusan Mendikbud No. 0491/U/1992, anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus seperti tunanetra dapat belajar secara terpadu dengan anak normal lainnya dalam satu sistem pendidikan yang sama yang disebut pendidikan inklusi. 
Melalui pendidikan inklusi tersebut diharapkan siswa yang memiliki kebutuhan khusus maupun yang normal dapat saling menyesuaikan diri, saling belajar tentang sikap, perilaku dan ketrampilan.  Selain itu mereka juga dapat saling berimitasi dan mengidentifikasi.  Bagi siswa yang berkelainan dapat menghilangkan sifat menyendiri serta meningkatkan kepercayaan diri.  Sikap saling percaya juga dapat berkembang dalam pendidikan inklusi ini, meningkatkan motivasi untuk belajar serta meningkatkan harkat dan harga diri.

Di Indonesia saat ini sistem pengajaran yang umum digunakan di kelas adalah pengajaran dengan klasikal.  Pengajaran sistem ini menimbulkan kerugian bagi kepentingan anak sebagai individu dalam belajar.  Namun walaupun pengajaran klasikal sekarang ini sangat umum dijalankan, ini tidak berarti bahwa perbedaan individu dapat diabaikan. 

Proses belajar mengajar dalam pendidikan inklusi dapat dilaksanakan secara klasikal, namun demikian dimungkinkan pula untuk melakukan kegiatan belajar mengajar secara kelompok atau individual.  Dalam kaitan ini, yang bertanggung jawab sepenuhnya adalah guru kelas yang bersangkutan, namun jika menggunakan guru bidang studi maka guru bidang studi tersebutlah yang bertanggung jawab.  Dalam proses belajar mengajar pada pendidikan inklusi, pemberian layanan pendidikan tidak ada perbedaan antara anak yang normal dengan anak tunanetra.  Yang berbeda hanyalah dalam hal penggunaan alat-alat/fasilitas pendidikan, buku-buku bacaan ataupun kebutuhan khusus lainnya yang diperlukan oleh anak tunanetra.

Setiap guru yang menyajikan materi/bahan pelajaran harus menyiapkan satuan pelajaran yang berpedoman pada kurikulum yang berlaku untuk masing-masing satuan pendidikan, dimana kurikulum serta materi yang disajikan tidak ada perbedaan antara anak normal dengan anak tunanetra.  Begitu pula dalam metode pengajaran yang digunakan.

Pemilihan metode yang tepat dan variatif pada sistem pendidikan inklusi dapat membantu anak tunanetra untuk belajar dengan baik dan dapat berinteraksi dengan anak lainnya.  Pada umumnya semua metode pengajaran dapat digunakan pada sistem pendidikan inklusi ini.  Yang membedakan hanyalah pemilihan alat bantu/media pengajarannya, misalnya : pada pelajaran matematika (bangun 3 dimensi).  Metode yang digunakan tidak berbeda dengan sistem pendidikan lain.  Hanya saja  media pengajaran mungkin dengan demonstrasi langsung serta pengalaman eksplorasi langsung (meraba) bagi anak tunanetra.

Metode yang bervariasi dan tepat dapat menciptakan belajar secara kooperatif yang merupakan dasar dalam program pendidikan inklusi.  Oleh karena itu anak tunanetra harus ditempatkan berdekatan dengan siswa yang normal sehingga mereka dapat saling membantu dalam belajar, selain itu anak normal dapat mengetahui kebutuhan dan hambatan anak tunanetra dalam kegiatan belajar mengajar.  Sebaiknya anak tunanetra tidak berdekatan dengan anak tunanetra lainnya agar mereka tidak membuat kelompok sendiri.  Namun cara belajar kompetitif juga perlu dikembangkan dalam hal-hal tertentu sebagai usaha penanaman rasa percaya diri bagi anak tunanetra.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar