PEDOMAN GURU MENGAJAR TUNANETRA
1. PENDAHULUAN
Dalam keseluruhan
proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang
paling pokok. Ini berarti berhasil
tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses
belajar mengajar tersebut berlangsung dengan efektif dan efisien.
Guru adalah orang
yang memegang peranan sangat penting dalam keberhasilan pendidikan. Untuk menyampaikan pelajaran sehingga
memperoleh hasil yang maksimal, mereka harus menggunakan metoda yang
efektif. Metode yang dapat digunakan
oleh guru diantaranya ceramah, demonstrasi, diskusi dan lain-lain.
Bagi siswa
tunanetra yang memiliki hambatan dalam penglihatan baik yang sebahagian (low
vision) maupun seluruhnya (totally blind), mereka membutuhkan alat pendidikan
khusus.
Dahulu mereka
diberikan sistem pendidikan yang terpisah dari teman-teman lainnya yang tidak
memiliki kelainan. Namun dengan
pendidikan inklusi yang mengikut sertakan tunanetra dalam satu sistem
pendidikan yang sama, maka mereka memperoleh pendidikan yang sama dengan teman
lainnya, begitu pula dengan metode mengajar guru untuk tunanetra juga sama.
Pada prinsipnya
ada 2 sistem pengajaran yaitu klasikal dan individual. Berkaitan dengan pendidikan inklusi, kedua
sistem pengajaran tersebut dapat digunakan bagi siswa yang memiliki kebutuhan
khusus seperti tunanetra.
2. STRATEGI PENGAJARAN
Strategi
pengajaran adalah kegiatan yang dipilih guru dalam proses belajar mengajar yang
dapat memberi kemudahan (fasilitas) kepada siswa menuju tercapainya
tujuan. Strategi pengajaran berhubungan
dengan pemilihan kegiatan belajar mengajar yang paling efektif dan efisien
dalam memberikan pengalaman belajar yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Pemilihan strategi pengajaran ini dipengaruhi
oleh :
a.
penerimaan
pengetahuan
b.
aplikasi
pengetahuan
c.
tujuan
yang bersifat perubahan sikap.
Pemilihan strategi
pengajaran harus mempertimbangkan :
a.
masalah
efisien yang berhubungan dengan penggunaan waktu serta fasilitas yang tersedia
b.
perbedaan
individu siswa
c.
metode
penyampaian yang dapat mengembangkan interaksi siswa atau guru dengan siswa.
2.1. METODOLOGI
PENDIDIKAN
Metodologi
pendidikan adalah suatu bentuk studi ilmu pendidikan yang sangat dipengaruhi
oleh perkembangan dan hasil penyelidikan psikologi pendidikan. Metodologi pendidikan mempunyai obyek tentang
pola-pola pengelolaan atau strategi dalam kegiatan belajar mengajar. Salah satu yang dipelajari dalam metodologi
pendidikan mengenai metode mengajar.
Banyak metode yang
dapat digunakan guru dalam proses penyampaian ilmu kepada siswanya. Ivor K.Davies (Instructional Technique)
menyatakan bahwa ada 5 strategi dasar mengajar antara lain : ceramah (lecture),
demonstrasi, pelajaran (lesson), diskusi dan studi bebas (independent
study).
Dalam memilih
metode pengajaran sangat dipengaruhi oleh kurikulum serta kemampuan, kemauan
dan kesempatan guru dalam menggunakan metode tersebut serta karakteristik
masing-masing metode. Seperti kita
ketahui, sesungguhnya bakat anak berbeda-beda.
Ada anak yang cepat dan ada anak yang lambat. Menurut penelitian, bila semua anak dengan
be`rmacam-macam bakat diberi pengajaran yang sama, maka hasilnya akan berbeda
menurut bakat mereka. Banyak penelitian
yang menunjukkan ada korelasi yang cukup tinggi antara bakat dengan hasil
belajar. Akan tetapi jika diberi metode
pengajaran yang lebih bermutu yang disesuaikan dengan kebutuhan setiap anak
serta waktu belajar yang lebih banyak, maka dapat dicapai keberhasilan.
Setiap metode
pengajaran memiliki karakteristik masing-masing, maka setiap metode mengajarpun
memiliki kelebihan dan kelemahan.
2.1.1.
Metode ceramah
Metode ceramah
adalah metode pembelajaran yang menggunakan penjelasan secara verbal. Komunikasi biasanya bersifat satu arah,
walaupun demikian biasanya dilengkapi dengan audio visual, tanya jawab, diskusi
singkat dan sebagainya.
KELEBIHAN
|
KEKURANGAN
|
bersifat ekonomis dan efisien
|
sulit menampung perbedaan individu anak
|
guru dapat menyajikan pengetahuan dan pengalaman
secara sistematis dan teratur
|
menuntut ketekunan siswa untuk mendengarkan,
mencatat dan mengingat
|
dapat digunakan untuk kelas besar
|
menuntut pemusatan perhatian terus menerus
|
mengembangkan kemampuan siswa dalam mendengarkan
secara tekun
|
membatasi partisipasi siswa aktif
|
tidak memerlukan peralatan khusus
|
tidak dapat digunakan untuk ketrampilan
intelektual tingkat tinggi
|
2.1.2.
Metode diskusi
Metode diskusi
dipandang sebagai salah satu metode pengajaran yang paling efektif untuk
kelompok kecil. Metode ini menunjukkan
efektifitas untuk berpikir secara kritis, pemecahan masalah dan komunikasi
antar pribadi.
KELEBIHAN
|
KEKURANGAN
|
siswa terlibat secara langsung dalam proses
belajar mengajar
|
jika latar belakang pengetahuan dan tingkat
kematangan tidak sama metode ini tidak berfungsi
|
Memungkinkan saling tukar menukar informasi dan
pengalaman
|
tergantung kemampuan guru-siswa dalam menyiapkan
diskusi
|
melatih ketrampilan intelektual
|
menuntut kesanggupan guru untuk mengontrol
secara teliti ketrampilan siswanya
|
melatih komunikasi antar pribadi
|
|
memberikan umpan balik kepada guru
|
2.1.3.
Metode simulasi
Biasanya metode
ini digabungkan dengan bermain peran karena dengan memainkan peranan siswa
memperoleh suatu pengertian yang lebih baik tentang orang yang dimainkan, serta
motif yang mempengaruhi tingkah lakunya dan biasanya permainan ini diarahkan
kepada pengembang efektif
KELEBIHAN
|
KEKURANGAN
|
Berhubungan dengan situasi sesungguhnya maka
siswa terangsang aktif berpartisipasi
|
Bahan-bahan komersial yang dipergunakan mahal
|
Siswa terlibat dalam kegiatan belajar dan eksperimen
|
memerlukan waktu yang banyak
|
semua siswa dari semua tingkat penampungan dapat
mengambil manfaat dari kegiatan simulasi
|
Masih banyak
metode yang lainnya dan setiap metode pengajaran memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Oleh sebab itu
guru harus pandai memilih metode yang tepat sebab pemilihan metode mengajar
yang tidak tepat akan menimbulkan kesulitan belajar karena kemungkinan :
metode mengajar yang
dipilih menyebabkan siswa pasif, sehingga anak tidak ada aktifitas
metode mengajar tidak
menarik kemungkinan karena materi yang terlalu tinggi atau tidak menguasi bahan
hanya menggunakan satu
metode saja dan tidak divariasikan dengan metode lainnya
2.1.4.
Metode tugas belajar dan resitasi
Tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi
jauh lebih luas dari itu. Tugas bisa
dilaksanakan di rumah, sekolah, perpustakaan dll. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk
aktif belajar baik secara individual maupun secara kelompok. Oleh karena itu tugas dapat diberikan secara
individual ataupun kelompok.
Tugas sangat
banyak macamnya bergantung pada tujuan yang akan dicapai, misalnya saja tugas
meneliti, menyusun laporan baik lisan maupun tulisan, tugas motorik dll.
3.
ANAK
TUNANETRA
Semua manusia
dilahirkan dalam kedudukan sama dan sederajat di hadapan Tuhan. Adalah suatu hal yang wajar apabila setiap
individu memiliki perbedaan dalam hal apapun seperti, perbedaan fisik,
kecerdasan, tingkah laku dan sebagainya sehingga memerlukan suatu pelayanan secara
khusus baik dalam pendidikan, kesehatan dan sebagainya. Perbedaan yang ada dalam diri manusia
merupakan karunia Allah yang harus kita syukuri.
Anak yang memiliki
kebutuhan khusus adalah mereka yang dalam melakukan segala aktivitasnya
diberikan pelayanan pendidikan sesuai dengan kebutuhannya. Secara umum anak yang memiliki kebutuhan
dibagi dalam 2 golongan yaitu; anak yang memiliki hambatan secara temporer dan
anak yang memiliki hambatan secara tetap.
Anak yang memiliki
kebutuhan khusus secara temporer antara lain :
1.
Anak
akibat korban perang/kerusuhan
2.
Anak
akibat korban bencana alam
3.
Anak
yang menderita penyakit HIV yang berasal dari orang tuanya
4.
Anak
dengan kelainan fisik yang diperoleh karena kecelakaan
Sedangkan anak
yang memiliki kebutuhan khusus secara tetap antara lain :
1.
Anak
yang memiliki kelainan fisik seperti; kelainan penglihatan, pendengaran,
anggota tubuh.
2.
Anak
yang memiliki kelainan dalam kecerdasan
3.
Anak
yang memiliki kelainan dalam emosi dan tingkah laku.
Tunanetra adalah satu dari
beberapa jenis anak kebutuhan khusus yang mengalami hambatan dalam
penglihatannya. Anak tunanetra adalah
anak yang memiliki kelainan penglihatan yang ditandai dengan kurangnya fungsi
penglihatan atau bahkan sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk melihat.
Tunanetra secara
umum dibagi dalam 2 golongan yaitu low vision (kurang awas) dan tunanetra
total.
3.1. Low
vision
Seorang anak
dikatakan low vision jika melalui test penglihatan memiliki ketajaman
penglihatan 20/200 atau 6/60
3.2. Tunanetra
total
Berdasarkan test
ketajaman penglihatan, anak yang memiliki ketajaman penglihatan 3/60 sampai
1/60 serta memiliki ketajaman penglihatan kurang dari 1/60 disebut tunanetra
total. Selain itu tunanetra total juga
dikarakteristikkan sebagai anak yang memiliki luas pandang 100 atau kurang pada kedua matanya atau yang masih memiliki
persepsi cahaya, persepsi bentuk ataupun persepsi warna (Hall, 1979).
Sedangkan
ahli pendidikan yang menekankan pada metode membaca dan penggunaan alat bantu
khusus mengatakan bahwa anak tunanetra total adalah anak yang menggunakan
braille sebagai alat komunikasinya.
Hallahan dan Kauffman (1991) mengatakan bahwa tunanetra total adalah
seseorang yang membutuhkan braille serta menggunakan metode oral. Sedangkan Heward (1996) menyebutkan bahwa
anak yang tunanetra total adalah yang tidak lagi dapat melihat dan mereka
belajar secara umum menggunakan indera yang lainnya. Umumnya anak tunanetra total menggunakan
indera perabaan untuk membaca braille.
4.
METODE
PENGAJARAN BAGI TUNA NETRA
Ada berbagai macam siswa yang memiliki kebutuhan khusus,
salah satu diantaranya adalah siswa yang memiliki hambatan dalam penglihatan
yang umumnya disebut sebagai tunanetra.
Ada dua jenis tunanetra yaitu low vision yang masih memiliki sisa
penglihatan sehingga membutuhkan tulisan dengan huruf yang besar sebagai alat
bantu pendidikannya serta tunanetra total yang menggunakan huruf braille
sebagai media belajar mereka.
Berdasarkan
Keputusan Mendikbud No. 0491/U/1992, anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus
seperti tunanetra dapat belajar secara terpadu dengan anak normal lainnya dalam
satu sistem pendidikan yang sama yang disebut pendidikan inklusi.
Melalui pendidikan
inklusi tersebut diharapkan siswa yang memiliki kebutuhan khusus maupun yang
normal dapat saling menyesuaikan diri, saling belajar tentang sikap, perilaku
dan ketrampilan. Selain itu mereka juga
dapat saling berimitasi dan mengidentifikasi.
Bagi siswa yang berkelainan dapat menghilangkan sifat menyendiri serta meningkatkan
kepercayaan diri. Sikap saling percaya
juga dapat berkembang dalam pendidikan inklusi ini, meningkatkan motivasi untuk
belajar serta meningkatkan harkat dan harga diri.
Di Indonesia saat
ini sistem pengajaran yang umum digunakan di kelas adalah pengajaran dengan
klasikal. Pengajaran sistem ini
menimbulkan kerugian bagi kepentingan anak sebagai individu dalam belajar. Namun walaupun pengajaran klasikal sekarang
ini sangat umum dijalankan, ini tidak berarti bahwa perbedaan individu dapat
diabaikan.
Proses belajar mengajar dalam pendidikan inklusi dapat
dilaksanakan secara klasikal, namun demikian dimungkinkan pula untuk melakukan
kegiatan belajar mengajar secara kelompok atau individual. Dalam kaitan ini, yang bertanggung jawab
sepenuhnya adalah guru kelas yang bersangkutan, namun jika menggunakan guru
bidang studi maka guru bidang studi tersebutlah yang bertanggung jawab. Dalam proses belajar mengajar pada pendidikan
inklusi, pemberian layanan pendidikan tidak ada perbedaan antara anak yang
normal dengan anak tunanetra. Yang
berbeda hanyalah dalam hal penggunaan alat-alat/fasilitas pendidikan, buku-buku
bacaan ataupun kebutuhan khusus lainnya yang diperlukan oleh anak tunanetra.
Setiap guru yang
menyajikan materi/bahan pelajaran harus menyiapkan satuan pelajaran yang
berpedoman pada kurikulum yang berlaku untuk masing-masing satuan pendidikan,
dimana kurikulum serta materi yang disajikan tidak ada perbedaan antara anak
normal dengan anak tunanetra. Begitu
pula dalam metode pengajaran yang digunakan.
Pemilihan metode
yang tepat dan variatif pada sistem pendidikan inklusi dapat membantu anak
tunanetra untuk belajar dengan baik dan dapat berinteraksi dengan anak
lainnya. Pada umumnya semua metode
pengajaran dapat digunakan pada sistem pendidikan inklusi ini. Yang membedakan hanyalah pemilihan alat
bantu/media pengajarannya, misalnya : pada pelajaran matematika (bangun 3
dimensi). Metode yang digunakan tidak
berbeda dengan sistem pendidikan lain.
Hanya saja media pengajaran
mungkin dengan demonstrasi langsung serta pengalaman eksplorasi langsung
(meraba) bagi anak tunanetra.
Metode yang
bervariasi dan tepat dapat menciptakan belajar secara kooperatif yang merupakan
dasar dalam program pendidikan inklusi.
Oleh karena itu anak tunanetra harus ditempatkan berdekatan dengan siswa
yang normal sehingga mereka dapat saling membantu dalam belajar, selain itu
anak normal dapat mengetahui kebutuhan dan hambatan anak tunanetra dalam
kegiatan belajar mengajar. Sebaiknya
anak tunanetra tidak berdekatan dengan anak tunanetra lainnya agar mereka tidak
membuat kelompok sendiri. Namun cara
belajar kompetitif juga perlu dikembangkan dalam hal-hal tertentu sebagai usaha
penanaman rasa percaya diri bagi anak tunanetra.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar